
suterautama.com – Industri penerbangan Tanah Air kembali jadi sorotan setelah kabar beredar bahwa Garuda Indonesia dikabarkan akan membeli 50 pesawat Boeing baru. Isu ini bikin publik bertanya-tanya soal kebenaran dan dampak langkah besar ini terhadap keuangan maskapai pelat merah yang baru saja bangkit dari krisis.
Menteri BUMN Erick Thohir akhirnya buka suara. Namun, alih-alih memberi kepastian, Erick justru menyarankan publik untuk langsung menanyakan soal ini kepada Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia. “Kalau soal pembelian 50 pesawat, tanya saja ke Dirut,” katanya singkat ketika ditemui di Jakarta, Senin (21/7).
Pernyataan ini bikin spekulasi makin ramai, terutama karena Garuda baru saja menyelesaikan restrukturisasi besar-besaran pascapandemi dan masih fokus menstabilkan keuangannya. Jadi, apa sebenarnya yang terjadi?
Apa Benar Garuda Mau Borong 50 Boeing?
Kabar soal rencana Garuda membeli 50 pesawat Boeing muncul dari laporan beberapa media internasional yang menyebut maskapai ini sedang menjajaki pembelian armada baru untuk memperkuat rute internasional dan domestik.
Meski belum ada konfirmasi resmi, rumor ini cukup masuk akal mengingat Garuda ingin meningkatkan daya saing dengan maskapai asing yang mulai agresif di pasar Asia. Namun, pembelian dalam jumlah besar tentu menimbulkan pertanyaan soal sumber pembiayaan dan strategi bisnis Garuda ke depan.
Beberapa analis menilai, jika benar terjadi, Garuda kemungkinan akan menggunakan skema leasing jangka panjang atau pembelian bertahap. Pasalnya, kondisi keuangan perusahaan belum sepenuhnya pulih meski sudah menunjukkan tren positif sejak 2024.
Pihak Garuda Indonesia sendiri belum merilis pernyataan resmi, hanya menyebut bahwa semua rencana ekspansi armada akan diumumkan pada kuartal III 2025 setelah mendapat persetujuan pemegang saham.
Respons Erick Thohir: “Tanya Dirut Saja”
Saat dimintai tanggapan, Menteri BUMN Erick Thohir tidak menampik isu ini, tetapi juga tidak memberikan konfirmasi detail. Ia menegaskan bahwa kebijakan ekspansi armada sepenuhnya ada di tangan manajemen Garuda, bukan pemerintah langsung.
“Garuda sekarang dalam tahap perbaikan kinerja dan mencari strategi untuk ekspansi. Kalau ada rencana beli pesawat, itu ranah Dirut. Silakan tanya langsung ke manajemen,” ujarnya.
Erick menambahkan bahwa BUMN mendukung langkah strategis Garuda asalkan sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan tidak membebani keuangan negara. Ia juga menegaskan bahwa Garuda sudah memiliki rencana jangka panjang untuk meningkatkan layanan dan kapasitas armada, tetapi belum tentu dalam bentuk pembelian besar-besaran.
Strategi Garuda: Fokus Ekspansi atau Stabilitas?
Setelah selamat dari ancaman pailit, Garuda Indonesia memang tengah fokus memperluas rute internasional seperti ke Eropa dan Timur Tengah, serta memperkuat rute domestik di Indonesia Timur.
Direktur Utama Garuda, Irfan Setiaputra, dalam beberapa kesempatan menyebut bahwa Garuda butuh armada tambahan untuk bersaing dengan maskapai asing dan memenuhi permintaan pasar. Namun, ia juga menegaskan bahwa ekspansi tidak boleh mengorbankan stabilitas keuangan perusahaan.
Jika benar rencana pembelian 50 Boeing ini berjalan, kemungkinan besar Garuda akan memilih model Boeing 737 MAX untuk rute jarak menengah dan Boeing 787 Dreamliner untuk rute jarak jauh, sesuai tren industri penerbangan global yang mengedepankan efisiensi bahan bakar.
Namun, langkah ini tetap menuai pro dan kontra. Sebagian pihak menilai ekspansi agresif terlalu berisiko, terutama jika pasar belum sepenuhnya pulih.
Apa Dampaknya untuk Industri Penerbangan Indonesia?
Jika Garuda benar-benar membeli 50 pesawat Boeing baru, dampaknya bisa cukup signifikan:
-
Persaingan Lebih Ketat
Maskapai lain seperti Lion Air dan Batik Air akan terdorong untuk memperkuat armada mereka agar tidak tertinggal. -
Dampak Ekonomi
Pembelian besar ini bisa membuka peluang kerja baru, baik di sektor penerbangan maupun perawatan pesawat, serta meningkatkan konektivitas udara nasional. -
Risiko Finansial
Di sisi lain, jika ekspansi ini tidak dikelola dengan baik, Garuda bisa kembali terjebak dalam beban utang besar seperti sebelum restrukturisasi.
Pemerintah disebut akan mengawasi ketat rencana ekspansi Garuda agar tidak mengulang kesalahan masa lalu.